Ketika protes atas penayangan sinetron-sinetron “masa kini” oleh sebagian kelompok masyarakat atas adegan sebut saja : kekerasan, hamil diluar nikah, ciuman “maut”, anak kecil memaki temannya bahkan orang yang lebih tua, anak kecil ngerjain pembantu atau orang lain, intrik-intrik politik kantor yang beringas, mau naik pangkat ke dukun, balas dendam lewat monster aneh, dan masih banyak lagi, seorang produser dan timnya dengan santai berkata : “Lho, kami ini juga mendidik masyarakat lho. Kami menayangkan adegan-adegan tadi supaya JANGAN ditiru. Supaya masyarakat kita JANGAN berperilaku seoerti itu.”
Percayakah anda dengan sinetron “mendidik” ala produser tadi akan mebuat masyarakat kita jadi lebih baik? Saya tidak percaya. Alasannya? Pikiran-khususnya pikiran bawah sadar yang lebih sering dominan mengatur hidup kita-tidak mengenal kalimat negatif. Kalau saya bilang kepada anda : “Jangan bayangkan wajah Presiden SBY!” Eehh, justru wajah, Pak SBY yang muncul dipikiran anda duluan bukan? Padahal sudah saya minta JANGAN bayangkan wajah beliau. Makannya hati-hati kalau anda sering berteriak kepada anak anda : “Jangan nakal”, “Jangan ribut”, Jangan naik-naik”.... kira-kira apa yang muncul dalam pikirannya? Beberapa orang saya temui mengakui, kalau anaknya dilarang-larang, malah melakukan apa yang dilarang itu.
Sugesti (ide, pemikiran, perintah) dapat diprogram kepikiran bawah sadar dengan beberapa cara: diulang-ulang; dengan muatan emosi yang besar; disampaikan oleh orang yang dipandang otoritas; melalui identitas kelompok; dan dengan hipnosis.
Hipnosis (sudah terlanjur populer dengan istilah hipnotis) adalah kondisi seseorang yang sedang berfokus konsentrasi tunggal. Biasanya kondisi fisik rileks. Hipnosis kita alami setiap hari. Nonton film asyik, baca buku asyik, menulis, melukis, diskusi kelompok yang intens, pacaran (lha tidak terasa tau-tau sudah jam 11 malam), chatting, menyetir mobil di tol, bahkan ketika melihat poster “Sale 70 %”.
Nah, kira-kira waktu menonton sinetron, metode pemrograman pikiran bawah sadar apa yang tidak ada? Diulang0ulang (tema cerita atau adegan serupa masih muncul untuk beberapa episode); mengandung muatan emosi (anda pasti geram melihat tokoh antagonis, dan kasihan melihat tokoh protagonis); disampaikan oleh figur yang memiliki otoritas (apalagi kalau itu artis idola-model bawah sadar anda); dan anda terhipnosis (kadang-kadang saking berfokus dan larutnya anda sampai-sampai digigit nyamuk pun tidak terasa-bahasa ilmiahnya sampai pada fase respons aenesthetic).
Jadi, sekuat apa pun produser mengatakan JANGAN IKUTI CERITA ini, justru apa yang dibelakang yang dibelakang kata jangan, tidak, bukan, kita sudah bisa paham ‘kan kenapa hal-hal yang dikhawatirkan para masyarakat pemrotes di atas makin hari makin banyak beritanya di media massa?
Oh ya, saya usul kepada masyarakat pemrotes sinetron kontroversial, bagaimana kalau kita beralih dari unjuk rasa ANTI sinetron “sampah” menjadi unjuk rasa MENDUKUNG sinetron “bergizi”? Nanti beda deh hasilnya......n_n
Tidak ada komentar:
Posting Komentar