Sabtu, 04 Februari 2012

SITEM KELOMPOK STUDI PROFESI (KSP) BPI


STRATEGI QUANTUM
MEMBANGUN IKLIM AKADEMIK
MELALUI SITEM KELOMPOK STUDI PROFESI (KSP) BPI
DI LUAR PERKULIAHAN

Oleh Aep Kusnawan
Kajur Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Bandung
Alamat email: aep_abufathya@yahoo.co.id Hp. 081321235040

            Perguruan tinggi sebagai lembaga, terkait erat dengan input, proses dan out-put pendidikan. Out-put berupa lulusan, sangat terkait erat dengan proses dan input  yang diupayakannya. Sorotan masih lemahnya mutu lulusan perguruan tinggi dalam mengaplikasikan keilmuannya setelah menjadi alumni merupakan perbincangan hangat di antara para pengelola sistem pendidikan tinggi dewasa ini. Hal itu terjadi, selain seperti banyak pihak yang memandang, karena kurikulum,[1] penulis memandang sisi lain lain, yaitu efektivitas waktu yang digunakan di luar perkuliahan.
            Pada umumnya mahasiswa menggunakan waktu tiap harinya untuk kuliah rata-rata 2-3 jam perkuliahan (4-6 SKS). Itu setara dengan antara 3.20 jam-5.00jam. Sementara waktu perhari 24 jam. Jadi bersisa 19.00-21.40. Andai waktu itu dikurangi untuk istirahat, mengerjakan tugas serta aktivitas lain 12.00 jam, maka masih bersisa antara 7.00-9.40 jam perhari. Pertanyaannya waktu tersebut dipakai untuk apa? Jika itu dipakai untuk aktivitas ekstrakulikuler, apakah ekstra kulikuler yang diikuti sebanding lurus dengan pendalaman dan pengembangan perkuliahan dan profesi yang dikembangkan Program Studi untuk menyiapkan profesionalisme mereka? Jika demikian tentu sangat baik.
            Namun jika tidak, maka tentu masih banyak peluang untuk mengarahkan mahasiswa menjadi lebih mendayagunakan waktu mereka. Mengingat waktu normal mereka menyelesaikan kuliah di S.1 yang berkisar antara 4 tahun bukanlah waktu yang terlalu lama untuk dibuang percuma, atau tidak dimaksimalkan.
            Berangkat dari pandangan terhadap waktu itu, maka penulis melihat peluang, bahwa masih banyak kesempatan untuk merakit potensi mahasiswa dalam mengembangkan profesi mereka, yang belum terkelola dengan maksimal. Sebagai bandingan, bagaimana pengisian waktu yang digunakan system pesantren yang ter-manage dengan baik. Dari mulai bangun hingga tidur kembali, santri dan pengasuh, sibuk dengan berbagai kegiatan pengajian (pendalaman profesi). Penulis tentu tidak bermaksud mengadopsi secara penuh system pesantren. Melainkan hanya membandingkan penggunaan waktu mereka.
            Di perguruan tinggi, penulis melihat ada  celah pemanfaatan waktu itu dengan pengolahan dan penggunaanya yang mendukung kepada pengembangan profesionalisme mahasiswa. Jika selama ini mahasiswa mencari dan mengisi kegiatan ekstra pada bidang yang tidak secara langsung berhubungan dengan profesi mereka, maka sudah saatnya disediakan wahana pengembangan profesi tersebut di luar perkuliahan.



Menghitung Kekuatan
Ada kondisi umum di berbagai Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan Program Studi BPI saat ini mengesankan adanya peningkatan kesadaran peminat untuk pengembangan potensi di bidang akademik yang berbasis profesi Program Studi, baik di kalangan mahasiswa, dosen, maupun alumni. Hal itu juga seiring dengan adanya kesadaran sejumlah pihak Program Studi BPI untuk memajukan  mutu lulusannya.
Selain itu, adanya kesediaan sejumlah pihak untuk saling bicara, berbagi, dan melakukan kegiatan positif. Serta adanya kesiapan sejumlah pihak untuk saling memberi motivasi, membimbing, melatih dan mengembangkan di bidang profesi Program Studi sesuai minat dan bidang masing-masing.
Kondisi ini tidak terlepas dari adanya sejumlah dosen muda dan alumni praktisi yang bersemangat untuk memajukan almamater dan profesinya. Dengan demikian mereka berpeluang untuk dimintai kesedian, secara estafet, untuk membantu program pengembangan profesi BPI.  Sehingga keberadaan tenaga pembimbing untuk pengembangan profesi pun, baik dari alumni maupun dosen terbuka untuk dirakit dan diupayakan.

Mencermati Kelemahan
Namun sayangnya, sampai saat ini, nampak belum ada suatu pola pengembangan potensi yang dapat dikembangkan secara swa-mandiri oleh mahasiswa di luar perkuliahan  dalam bidang pengembangan profesi BPI, yang menunjang pada pengembangan perkuliahan secara akseleratif. Sehingga, umumnya, waktu mahasiswa di luar perkuliahan masih banyak luang.
Waktu mahasiswa di luar perkuliahan, umumnya digunakan untuk hal yang tidak berhubungan secara langsung dengan pengembangan profesi mereka sebagai mahasiswa Program Studi. Sementara potensi yang ada pada mahasiswa, umumnya masih memerlukan bimbingan, pelatihan dan pengembangan.
Sementara berbagai potensi yang ada, baik di dalam maupun di luar kampus, masih belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal. Misalnya, belum optimalnya kerjasama antara mahasiswa, Program Studi, dosen, alumni serta pihak praktisi profesi di luar kampus, untuk mengembangkan profesi ke-BPI-an.

Mewaspadai Tantangan
Sementara tantangan dewasa ini semakin nyata, bahwa Standar Mutu Lulusan sebuah perguruan tinggi semakin disadari arti pentingnya oleh berbagai pihak. Profesionalitas civitas akademika suatu Program Studi di perguruan tinggi sangat dinantikan masyarakat. Antara lain, dengan itu pula masyarakat dapat menilai kualitas suatu Program Studi di suatu perguruan tinggi.[2]
Salah satu yang biasa jadi pertimbangan untuk masuk kuliah di suatu Program Studi adalah out put dari lulusannya. Jika mutu lulusannya baik, maka Program Studi tersebut semakin diminati, namun jika sebaliknya, maka ia kian hari akan semakin ditinggalkan peminatnya.

Menghitung Peluang
Jika tiap civitas akademika BPI mau mencermati, nyata bahwa peluang pengembangan profesi BPI itu ada.[3] Misalnya di luar kampus, banyak alumni BPI, terserap di berbagai lapangan kerja. Misalnya,  Lulusan Program BPI selama ini terserap di berbagai lapangan kerja, seperti: Depag (Akademisi, Guru BP, Pembimbing, Penyuluh), Diknas(Guru BP), Depsos (Penyuluh), BKKBN(penyuluh, Konselor), ABRI-Kepolisian (Bintal), Pemda (Kepegawaian), Lapas (Koselor Agama), Rumah Sakit (Perawat Rohani Islam), Panti Rehabilitasi (Terapist), Perusahaan (HRD, Pembimbing), LSM (Aktivis Sosial Keagamaan), Penerbit (Penulis).
Atas dasar itu, perlu diupayakan penciptaan motivasi kepada kegairahan mengembangkan minat, bakat dan budaya akademik, sesuai profesi tiap Program Studi di Fakultas BPI. Melalui suatu sistem kerjasama dengan pihak luar, yang saling menguntungkan.
Pola itu sebaiknya dapat dikembangkan dari dan oleh mahasiswa secara kreatif, melalui kelompok-kelompok yang aktif dan kreatif, dengan motivasi dari pihak Program Studi BPI.
Gagasan alternatif di atas, selanjutnya dapat diformulasikan dalam suatu bentuk sistem kerja, seperti KSP (Kelompok Studi Profesi).[4] KSP ini pada dasarnya, sebuah format yang dapat dikembangkan di mana dan oleh siapa saja, terutama kalangan mahasiswa dan insan akademis lainnya, dalam membangun budaya akademik yang semakin produktif dan berkualitatas.
KSP ini juga merupakan suatu sistem yang diformat untuk merakit sumber daya manusia yang kreatif, dinamis, ikhlash, ingin maju dan berwawasan ke depan. Ia merupakan gagasan dalam rangka mendorong berkembangnya budaya akademik, yang idealnya lebih dominan di suatu kampus, dibanding budaya lain. KSP diharapkan dapat memacu kreativitas dan produktivitas intelektual, khususnya di kalangan akademisi (mahasiswa, dosen, alumni), serta pemasaran produk intelektual itu ke tengah masyarakat.
Melalui KSP juga diupayakan sebagai wahana pengenalan terhadap dunia luar, yang kelak diharapkan terjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak terkait. Disamping terkait juga dalam turut merintis pengenalan lapangan kerja bagi mahasiswa sesuai profesi BPI dan sesuai dengan peminatan mahasiswa.
Dengan pengenalan sejak dini, mahasiswa diharapkan dapat secara swa-mandiri menyiapkan kematangan profesinya sejak dini pula. Sehingga pada saatnya, ketika lulus kuliah mereka sudah siap dan  matang, mengaplikasikan ilmu dan keterampilan sesuai dengan profesi yang diharapkannya.




Format Kelompok Studi Profesi BPI (KSP)
Visi Kelompok Studi Profesi (KSP) BPI dibangun di atas visi keislaman, keilmuan, ke-BP-Ian, dan pemberdayaan. Selain itu, visi pencerahan, peningkatan kualitas, keunggulan.[5]
Misi KSP BPI yang diemban oleh KSP ialah aktivitas, kreativitas, produktivitas dan kemandirian. Selain kepedulian, kerjasama, latihan, bimbingan, pengembangan dan saling menguntungkan.
Tujuan dari KSP BPI sendiri menghendaki suatu hasil dari proses yang kemudian dapat saling menguntungkan (You win I win) dalam menumbuh-kembangkan budaya akademik yang mendorong kepada lahirnya produktivitas bersama yang memiliki daya saing dan daya jual, serta terciptanya kesiapan kerja yang sesuai dengan profesi . Dengan kata lain, KSP mengupayakan akselerasi lulusan yang professional, sebagai penunjang perkuliahan.
Fungsi KSP BPI sebagai wahana penempaan peminatan pada keprofesian BPI melalui Pengembangan Kelompok Studi Profesi (KSP) yang dikembangkan di luar perkuliahan.
Kelompok Studi Profesi (KSP) BPI tersebut yaitu; (1) KSP BK Agama Islam; (2) KSP BK Studi; (3) KSP BK Kerja-Karier; (4) KSP BK Pra Nikah-Keluarga Sakinah; (5) KSP BK Mental-Jiwa; (6) KSP Perawat Rohani Islam; (7) KSP Psikoterapi Islam; (8) KSP Penyuluhan Agama; (9) KSP BP Keluarga Berencana; (10) KSP Penanggulangan Narkoba; (11) KSP Menulis BPI.
Mitra KSP BPI
Masing-masing KSP BPI dapat mengembangkan dirinya melaui kemitraan dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan masing-masing keprofesian, seperti:
1.    Bimbingan konseling Agama Islam dapat bermitra dengan Kemenag, pesantren, lembaga pemasyarakatan, ormas Islam, radio, surat kabar, televisi, KBIH, dan sebagainya;
2.    Bimbingan konseling pendidikan Islam dapat bermitra dengan madrasah, pesatren, sekolah, perguruan tinggi, lembaga bimbingan belajar;
3.    Bimbingan konseling keluarga Islam (pra nikah dan keluarga sakinah) dapat bermitra dengan KUA, BP4, lembaga bimbingan konseling pra nikah dan keluarga sakinah, pengadilan agama, pesantren, kehidupan keluarga dan sebagainya;
4.    Bimbingan konseling karir Islam dapat bermitra dengan madrasah, pesantren, sekolah, perguruan tinggi, lembaga bimbingan konseling karir islami, perusahaan pemerintah, perusahaan swasta, dll;
5.    Bimbingan konseling rohani Islam dapat bermitra dengan Warois di sejumlah rumah sakit dan klinik;
6.    Bimbingan konseling mental islami dapat bermitra dengan  BIMTAL di TNI, Polri, rumah sakit jiwa, lapas dan lembaga pelatihan pengembangan mental.
7.    Psikoterapi Islam dapat bermitra dengan lembaga-lembaga terapi Islam.
8.    Penyuluhan agama Islam secara kelembagaan dapat bermitra dengan sejumlah lembaga KUA, majelis taklim, Lapas, lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta, panti rehabilitasi, pramuka, ormas Islam, perusahaan, hotel, dll; Penyuluhan agama secara kelompok kemasyarakatan dapat bermitra dengan kelmpok transmigran, kelompok generasi muda, kelompok generasi tua, kelompok ibu-ibu, kelompok bapak-bapak, kelmpok masyarakat industri, kelompok profesi, kelmpok masyarakat daerah rawan, kelompok masyarakat suku terasing, kelompok perumahan, kelopok asrama, kelmpok masyarakat kampus, kelompok karyawan pemerintah, kelompok karyawan swasta, kelompok pejabat, kelompok masyarakat industri, kelompok masyarakat gelandangan, kelompok masyarakat pengemis, kelompok masyarakat desa, kalangan tuna susila, kalangan underground, kelompok masyarakat pasar, kelompk masyarakat terminal, dan sebagainya;
9.    Penyuluhan umum dapat bermitra dengan yang terserap sebagai penyuluhan keluarga berencana di BKKBN; Penyuluhan penanggulangan anti narkoba dapat bermitra dengan penyuluh anti narkoba di BNN, BNP, LSM peduli anti narkoba dan sebagainya; Penyuluhan sosial dapat bermitra dengan penyuluh sosial di dinas sosial, LSM peduli sosial, panti sosial dan sebagainya.

Strategi Kelompok Studi Profesi (KSP) BPI
Dalam langkahnya Kelompok Studi Profesi (KSP) BPI dapat dijalankan melalui: (1) mengupayakan terciptanya suatu pola kerjasama yang dilakukan secara swa-mandiri (swadaya dan mandiri) oleh mahasiswa, melalui kelompok-kelompok kreatif, dengan mempergunakan sistem struktur kelompok yang ramping; (2) KSP ini dikembangkan melalui kerjasama yang sinergis antara mahasiswa, BEM-J ,Alumni, Stake Holder, Dosen, Program Studi dan Fakultas; (3) KSP mengupayakan pengenalan profesi sejak dini (sejak mahasiswa semester pertama); (4) KSP membangkitkan aktivitas akademik di luar perkuliahan, seperti diskusi, kajian, penelitian, pembinaan dan produktivitas ilmiah; (5) KSP juga membangkitkan pola latihan dan bimbingan yang sistemik, yang mengarah kepada penumbuhkembangan skill mahasiswa di bidang profesi ke--an sesuai peminatan mahasiswa; (6) Sistem KSP mefokuskan perhatiannya secara serius kepada bagaimana meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menumbuhkembangkan budaya akademik, yang terefleksi melalui pengembangan profesi Program Studi BPI.

Rancangan Wadah KSP
Secara kelembagaan KSP dapat dikembangkan oleh lembaga di bawah Jurusan BPI,[6] yang dinamakan Lembaga Pelayanan dan Pelatihan Bimbingan, Penyuluhan dan Istisyfa (LP2BPI). LP2BPI memiliki kepengurusan bisa sangat ramping, sedang maupun gemuk. Dibawah LP2BPI dikembangkan KSP, yang memiliki struktur KSP sebagai berikut.

 

















Tugas dan Wewenang
Pembimbing Dosen, berwenang untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan terhadap kinerja KSP, baik dipinta maupun tidak untuk kemajuan KSP. Disamping mereka juga memiliki tugas utama, sebagai tenaga ahli dan konsultan senior.
Pembimbing Alumni, berwenang untuk memberikan bimbingan, arahan, terhadap kinerja KSP, baik dipinta maupun tidak untuk kemajuan KSP. Disamping mereka juga memiliki tugas utama, sebagai tenaga pendamping mahasiswa, baik di kampus maupun di luar kampus.
Ketua KSP, ia bertugas mengkoorinasikan seluruh team kerja agar harmonis dan dinamis. Ia sendiri juga bekerja secara dinamis, kreatif dan ikhlas berusaha memajukan KSP, khususnya dalam litbang dan penjalinan kerjasama. Karena itu, ia secara rutin dan insidental berinisiatif untuk menyelenggarakan pertemuan.[7]
Sekretaris, ia memiliki tugas mengurusi bidang kesekretariatan, meliputi bidang: surat menyurat, mengatur administrasi, mendata keanggotaan, pendataan kegiatan, mengatur pengarsipan, mengatur kesekretariatan, serta bertanggungjawab dalam membantu tugas Ketua KSP dalam bidang kesekretariatan.[8]
Bendahara, ia memiliki tugas menangani bidang keuangan dan kesejahteraan anggota, dengan rincian: Mengupayakan sebesar-besarnya pendapatan keuangan KSP, mengambil dan mencairkan honorium, mengatur pembagian kesejahteraan pada para pengurus dan anggota KSP sesuai atauran yang disepakati, dan mengatur pengeluaran keuangan kelompok. Singkatnya ia membantu dan bertanggungjawab kepada Ketua KSP dalam bidang keuangan dan kesejahteraan.
Direktur Bidang Intern, ia bertugas mengurusi mekanisme pelatihan, mengurusi mekanisme bimbingan, mengurusi mekanisme konsultasi, mengatur mekanisme pendampingan internal, membantu dan bertangggungjawab kepada Ketua KSP dalam menangani kegiatan intern KSP.
Direktur Bidang Ekstern, Ia bertugas mengurusi pendampingan eksternal, mencari peluang kerjasama dengan pihak luar, mengurusi kegiatan di luar, memimpin pemantauan kegiatan di luar, mengadakan promosi kegiatan kelompok, serta membantu dan bertanggungjawab kepada Ketua KSP dalam urusan ke luar dan menjalin kerjasama yang baik dengan pihak luar terkait.

Garapan Bid. Internal:
Diskusi: Dilakukan  sebagai upaya pendalaman tema-tema dari materi profesi yang dianggap penting untuk diperdalam. Diskusi dilakukan, baik berupa respon terhadap perkuliahan, maupun dari hasil temuan dilapangan. Diskusi bisa terdiri dari Diskusi Anggota, Diskusi dengan Pendamping Alumni, Diskusi dengan Pendamping Dosen, Diskusi Mengundang dari Luar, Diskusi Melibatkan seluruh Komponen KSP.
Pengayaan Referensi: Setiap kelompok berlomba-lomba memperkaya referensi yang berkaitan dengan profesinya. Jika satu kelompok anggotanya terdiri dari 15 orang, dan masing-masing memiliki 2 judul buku yang berbeda, maka akan terkumpul 30 buku. Dengan demikian tiap kelompok akan memiliki perpustakaan kelompok, yang berisi referensi mengenai profesi yang didalaminya.
Bedah Buku: Buku-buku yang menunjang kepada penajaman profesi di bedah secara bersama: Apa isinya, apa kelebihannya, apa kekurangannya, apa nilai pentingnya untuk pengembangan profesi, apa kekurangannya. Hasil dari Bedah buku, kemudian dibuat resensi buku. Resensi buku tersebut dikirimkan ke mudia massa. Jika diterbitkan akan membantu publikasi kelompok, sekaligus honornya akan menambah tambahan dana buat peresensi dan kelompok yang bersangkutan. Jika klipingan resensinya dikirim ke penerbit buku, akan mendapatkan buku baru gratis dan honorarium tambahan.
Bimbingan Menulis: Untuk menyiapkan bisa menulis, KSP bersangkutan dapat meminta latihan menulis kepada KSP Menulis , agar KSP bersangkutan dapat pula merumuskan gagasan melalui sudut pandang profesinya, sehingga dapat dipublikasikan. Kegiatan semacam ini berpeluang menghasilkan dana.
Pelatihan: Sejumlah pelatihan dapat diadakan dengan kepanitiaan pengurus dan anggota KSP. Pelatihan yang diadakan sesuai dengan bidang KSP bersangkutan , disesuaikan dengan tingkat perkembangan kebutuhan para calon peserta pelatihan, baik untuk kalangan dalam maupun luar anggota KSP. Kegiatan semacam ini juga berpeluang menghasilkan dana.
Membuat Bulettin/ Jurnal: Materi yang pantas untuk dipublikasikan secara terbatas, dapat dipublikasikan melalui media bulletin atau jurnal. Bisa dipasarkan secara terbatas, seperti untuk mahasiswa , DKM Binaan, atau bisa dipasarkan secara professional melalui Toko-toko buku. Dari sini dimungkinkan mendapatkan penghasilan keuangan.
Melakukan Penelitian: Masing-masing kelompok memungkinkan juga mengadakan penelitian-penelitian sesuai dengan kajian profesi masing-masing. Objek penelitian bisa disesuaikan. Tingkat penelitianpun bisa disesuaikan. Mulai dari penelitian yang sederhana, sebagai bahan untuk didiskusikan, hingga penelitian yang berdaya "jual" dan berimplikasi keuangan. Serta sejumlah kegiatan lain, yang secara insidental bisa dilaksanakan.

Garapan Bid. Eksternal:
Membangun Peluang Kemitraan: Pada masa awal, bidang eksternal mencoba menjajaki peluang kemitraan dengan berbagai pihak di luar KSP. Hal itu dilakukan untuk memperkaya jaringan dan membuka peluang untuk pengenalan lebih pariatif profesi yang dikembangkan. Dalam hal ini bidang eksternal dibantu oleh pendamping alumni dan pendamping dosen.
Pendampingan: Pendampingan merupakan langkah konkretisasai konsep diperkuliahan dengan pengenalan kondisi lapangan kerja sesuai profesi. Untuk itu, mahasiswa yunior didampingi para mahasiswa senior dan  pendamping alumni dan pendamping dosen, mengenali lapangan profesi kerja. Sehingga sejak dini mahasiswa diharapkan memiliki pengenalan awal pada lapangan profesi kerjanya kelak. Dengan begitu, mereka dapat mempersiapkan mental, pengetahuan dan keterampilan serta karya inovasinya untuk menjadi lebih ahli di masa depan. Semua itu dilakukan di bawah pengawasan  pendamping dosen.
Penganalisaan Pofesi Kerja: Mahasiswa yunior didampingi para mahasiswa senior dan  pendamping alumni mengenali lapangan profesi kerja. Sehingga sejak dini mahasiswa diharapkan memiliki pengenalan awal pada lapangan profesi kerjanya kelak. Dengan begitu, mereka dapat mempersiapkan mental, pengetahuan dan keterampilan serta karya inovasinya untuk menjadi lebih ahli di masa depan. Semua itu dilakukan di bawah pengawasan  pendamping dosen. Mahasiswa yunior didampingi para mahasiswa senior dan  pendamping alumni belajar menganalisa lapangan profesi kerja. Hal itu sebagai kelanjutan dari pengenalan awal pada lapangan profesi kerja, baik mengenai kelebihan, kekurangan, tantangan dan peluang, serta strateginya. Semua itu dilakukan di bawah pengawasan  pendamping dosen. Hasil analisa, menjadi bahan diskusi dan bahan karya tulis mereka.
Penelitian Profesi Kerja: Mahasiswa yunior didampingi para mahasiswa senior dan  pendamping alumni belajar meneliti lapangan profesi kerja. Mulai dari penelitian sederhana, hingga yang berbobot. TOR penelitian dapat dibantu disediakan oleh mahasiswa senior, pendamping alumni atau pendamping dosen. Hasilnya, dapat menjadi bahan diskusi, bahan publikasi maupun bahan penulisan skripsi kelak
Mencermati Peluang Latihan Profesi Kerja: Mahasiswa yunior didampingi para mahasiswa senior dan  pendamping alumni mencari celah atau peluang untuk terlibat pada kegiatan profesi kerja, sebagai latihan di luar perkuliahan. Hal demikian dilakukan sebagai usaha untuk mengasah kesiapan keterampilan mahasiswa sejak dini. Bagi para alumni yang telah bekerja di tempat profesinya, dapat mencarikan peluang bagi adik-adiknya untuk turut membantu kegiatan mereka.
Latihan Kerja Profesi: Pembimbing Dosen dan Alumni Pembimbing yang secara kreatif mencari “proyek” kerja di luar, dapat berbagi kepada mahasiswa binaannya di KSP. Sehingga mahasiswa dapat belajar latihan kerja sesuai dengan profesinya. Sementara dosen dan alumni pembimbing juga dapat terbantu.
Selain itu dapat dikembangkan sejumlah kegiatan lain. Kegiatan yang ditumbuhkembangkan sesuai dengan kreativitas anggota dan pengurus  KSP, yang secara insidental bisa dilaksanakan.[9]

Mekanisme Kegiatan
Pertama, Pendataan Calon Anggota KSP: Calon anggota kelompok dalam potensi individu yang dapat dimanfaatkan menjadi potensi bersama dalam suatu wadah kelompok. Calon kelompok bisa berasal dari mahasiswa, serta para alumni yang tersebar di berbagai tempat. Mereka mendaftarkan diri dengan dicatat, nama lamat dan nomor kontak. Untuk mahasiswa di data bidang profesi  yang diminati dan kelak menjadi anggota kelompok tersebut. Bagi alumni, disamping dicatat no kontak, juga bidang garapan profesi dan alamatnya.
Kedua, Rapat Anggota KSP: Masing-masing yang telah terklasifikasikan sesuai kelompok profesi berkumpul untuk mempersiapkan pembentukan kelompok dan kepengurusannya.
Ketiga, Pendirian KSP: Kelompok dibentuk melalui suatu musyawarah para pendiri kelompok, dengan kesepakatan-kesepakatan: baik mengenai nama, visi, misi, tujuan, serta aturan main lainnya. Jumlah pengurus inti sendiri tidak perlu terlalu banyak, Cukup sekitar 5 orang. Yang paling penting adalah mereka siap dengan komitmen bersama.
Keempat, Musyawarah Kerja KSP: Kelompok yang telah memiliki kepengurusan bermusyawarah untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh kelompok dengan mengundang pembimbing dosen dan pembimbing alumni.
Kelima, Pembagian Kerja: Perencanaan yang sudah disepakati, selanjutnya dibagi job sesuai bidang kerja masing-masing.
Keenam, Pelaksanaan Kegiatan: Kegiatan kelompok, meskipun telah dibagi bidang, namun pada pelaksanaannya dilakukan secara bersama-sama, dengan senang hati dan penuh tanggungjawab. Tiap kegiatan KSP senantiasa dicatat dalam agenda kegiatan masing-masing KSP.
Ketujuh, Evalusi Kegiatan: Setiap periode (mingguan, bulanan, tahunan) kegiatan KSP dievaluasi perkembangannya. Baik oleh Ketua, Pebimbing, Program Studi, maupun Fakultas. Evaluasi Bisa dilakukan melalui forum khusus, maupun melalui buku agenda kegiatan yang ditulis oleh masing-masing KSP.
Kedelapan, Laporan: Setiap periode (mingguan, bulanan, tahunan) kegiatan KSP dilaporkan oleh Ketua KSP ke Program Studi untuk diketahui dan dievaluasi perkembangannya oleh Program Studi BPI dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.    
Dalam menjalankan segala kegiatannya, pengurus dan anggota KSP memiliki kebebasan berkreasi dalam mengembangkan profesi. Untuk menjalin koordinasi, hubungan, pengayaan data, berbagi informasi, maka tiap KSP memberitahukan kepada Program Studi dan Fakultas  tiap-tiap kegiatan yang dilakukannnya, baik secara insidental maupun secara priodik.[10]
Program Studi dan Faultas mengelola  bank data kegiatan tiap KSP, dan senantiasa terbuka untuk berbagi informasi. Program Studi  dan Fakultas memberikan dukungan dan motivasi terhadap pengembangan KSP Program Studi membantu mengontrol dan mengevaluasi kegiatan KSP yang selanjutnya menjadi bahan masukan atau penghargaan bagi tiap KSP.

Perhitungan Keuntungan:
Perhitungan Keuntungan bagi Mahasiswa. Melalui aktif di KSP seorang mahasiswa berarti melakukan hubungan baik dengan kawan-kawannya, dengan seniornya, dengan alumninya, dengan dosennya, serta dengan dunia luarnya, yang dibangun atas dasar kesenangan (hobi) mendalami profess yang disukai. Hubunga dilakukan atas dasar kaka-adik, penuh keakraban. Oleh karena itu, mahasiswa sejak dini dapat melakukan pengenalan akan mengenal, menyiapkan, berlatih terampil di bidang profesi sesuai dengan pilihannya. Sejak dini pula ia dapat mengumpulkan referensi yang akan berguna bagi penguatan keahliannya kelak. Sejak dini pula ia terbiasa mebahas apa yang kelak akan menjadi profesinya, serta dapat secara dini pula menyiapkan objek penelitian skripsinya dari bidang profesinya. Secara  terbuka ia dapat membuka suasana dialogis dengan para dosen dan alumni mengenai profesi. Besama kawan-kawan seprofesinya, ia juga akan menjadi team work yang solid, saling Bantu dan saling mendukung, karena satu sama lain saling membutuhkan. Semua dilakukan secara saling menguntungkan tanpa ada pihak yang dirugikan. Untuk selanjutnya, siap measuki lapangan kerja sesuai profesi, nantinya.
Bagi Pembimbing dosen, berarti ia mengarhkan aktivitasnya pada tugas utamanya sebagai dosen, sesuai bidang profesi yang disenanginya. Tugas utama sebagai dosen yaitu sebagai pendidik agar peserta didik kelak menjadi orang suskes dalam bidang profesinya. Dosen juga akan tampil sebagai pembimbing yang baik di kalangan mahasiswa binaannya. Ia juga akan senantiasa terpacu untuk senantiasa membuka celah pengembangan, baik ke dalam maupun ke luar. Jika dosen memiliki “proyek” di luar yang membutuhkan personil, maka dapat didayagunakan mahasiswa yang aktif di KSP yang bersangkutan. Dengan begitu, dosen akan terbantu dan mahasiswa akan mendapatkan pengalaman berharga pada bidang profesinya di lapangan.
Bagi Pembimbing Alumni, berarti tetap dapat memelihara iklim akademisnya, walaupun telah berada di dunia praktis. Ia juga dapat melakukan komunikasi dan sumbangsih bagi almamater Program Studinya. Dengan begitu, alumni akan tetap menjadi bagian “civitas akademika” yang senantiasa menjaga kualitas akademisnya. Ia tidak akan terjebak pada pragmatisme. Dampaknya, ia dapat menjadi “sosok teladan” di dunia kerjanya. Demikian juga, jika alumni memiliki “proyek” di luar yang membutuhkan personil, maka dapat didayagunakan mahasiswa yang aktif di KSP yang bersangkutan.
Sementara bagi Program Studi BPI, dengan banyak dan hidupnya program KSP, berarti Program Studi telah membuka dirinya untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak. Mulai dari mahasiswa, HMJ, dosen Alumni dan dunia kerja. Dengan langkah seperti itu juga Program Studi  BPI akan terbantu keberfungsiannya sebagai lembaga yang dituntut untuk dapat mencetak mahasiswa dan alumni yang professional, memiliki daya saing yang baik. Secara otomatis hal itu akan berdampak pada capaian akreditasi Program Studi BPI yang berkualitas, serta semakin meningkatkan keberadaannya sebagai Program Studi BPI yang terbuka (bukan menara gading) terhadap dunia luarnya. Program Studi BPI dapat memberi masukan kepada dunia luar (para praktisi dan stakeholder), tetapi juga dapat menerima masukan dari dunia luar, untuk penyempurnaan kurikulum dan sitem pembelajaran yang dikembangkan. Jika itu dilakukan dengan sendirinya Program Studi BPI juga akan tersosialisasikan, baik kepada lapangan kerja yang akan menyerap para alumninya, juga kepada masyarakat yang kelak akan memberikan input (mahasiswa baru) yang akan masuk ke Program Studi tersebut.
Bagi Atmosfir Akademik, dengan keterlibatan berbagai pihak dalam nuansa akademik yang sama, maka budaya akademik secara bertahap akan terbangun, sehingga tercipta iklim akademik yang sehat. Dengan KSP yang dinamis dan produktif seluruh civitas akademika, baik mahasiswa, BEM-J, dosen, Program Studi, Alumni, akan lebih disibukan oleh upaya peningkatan kualitas akademik, (baik ilmu, pengalaman, keahlian), dibandingkan dengan atmosfir lainnya. Karena semua pihak dapat merasakan bahwa dengan keilmuan yang diperdalam menjadi keahlian, masing-masing dapat menjadi “lahan” penghidupan.

Penghargaan
Bagi Mahasiswa, KSP akan menjadi salah satu pertimbangan dalam pemberian: Beasiswa, Penghargaan dan lainnya. Bagi Dosen, Sebagai ajang aktif, kreatif dan produktif, mengembangkan profesi dan pengkaderan, serta sebagai ajang pemlihan dosen teladan.
Bagi Aliumni, Sebagai kesempatan untuk mengabdi, mendalami kesinambungan teoritik dan prakti serta kaderisasi dan peluang mendapatkan penghargaan. Bagi Program Studi, Sebagai langkah konkrit dalam meningkatkan atau mempertahakan predikat sebagai Program Studi BPI yang berkualitas dan akreditasinya “A” (amat baik).

Penutup:
Kosep di atas, sangat menghargai aspek kreativitas dan swa-mandiri, termasuk bidang pendanaan. Konsep di atas, tidak akan berarti, jika tidak ada yang mempedulikannya.  Konsep di atas, sangat tergantung kepada kesungguhan semua pihak untuk menjalankannya. Kesuksesan bukan untuk yang menginginkan, melainkan yang mengupayakan dengan penuh kesungguhan.[11]

BAHAN BACAAN
Abdul Talib Rachman, Pedoman Penerapan Manajemen Berdasarkan Sasaran,  Renjana Swadesi Utama,  Bandung, 1990.
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2001.
Aep Kusnawan, Teknik Debat Dalam Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2003
-------------------, Berdakwah Lewat Tulisan, Mujahid Pres, Bandung, 2004.
-------------------, Ilmu BPI: Tinjauan Berbagai Aspek, PBQ, Bandung, 2004
-------------------, Komunikasi Penyiaran Islam, Benang Merah Press, Bandung, 2004.
-------------------, Doa-doa Sukses For Teens, Dar Mizan, Bandung, 2001
-------------------, Manajemen Pelatihan Dakwah, Rineka Cipta,  Jakarta,2009
-------------------, Dimensi Ilmu Dakwah, Widya Padjajaran, Bandung, 2009
-------------------, 11 Ibadah Dahsyat Pelancar Rezeki, Quanta, Jakarta, 2011
Agus Suryana, Seni Mendesain Pelatihan, Progres, Jakarta, 2005.
Amer H.D. Adikusumo, Manajemen Pola Kerja Terpadu, LAN RI, Jakarta, 1998
A. Riawan Amin, The Celestial Management, SAP, Jakarta, 2004.
AR. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, Rosda, Bandung, Cet. VI, 2003.
Burhan N (Peny.), Perencanaan Strategik, PPM, Jakarta, 1994
E.P. Hutabarat, Cara Belajar, Gunung Mulis, Jakarta, 1986
David J. schwartz, Berpikir dan Berjiwa Besar, Binarupa Aksara, 1992
David Cambel, Mengembangkan Kreativitas, Kanisius, Yogyakarta, 1996
Harold P. Zelko, Teknik Diskusi dan Rapat Modern, Gunung Djati Press, Jakarta, 1984.
Herbert N. Casson, Bagaimana Seharusnya Jadi Pemimpin, Almaarif, Bandung, Cet. VI., 1995.
Hisyam Ath-Thalib, Panduan Latihan untuk Juru Dakwah, Media BPI, Jakarta, 1996
Ivor K Davies, Pengelolaan Belajar, Rajawali,, Jakarta, 1991
James AF. Stoner, Manajemen,  Intermedia, Jakarta,1986
James Munzies Black, Bagaimana Mengembangakan Bawahan Saudara, Personal Managemen, BKLM,Medan, 1978.
J. Bulatau, Teknik Diskusi Berkelompok, Kanisius, Yogyakarta, Cet. XIV, 1997.
Jansen H. Sinamo, Mengubah Pasir Menjadi Mutiara: Bagaimana Para Maesro Membangun Motivasi Superior, Maharadika, Jakarta, 2003
Jos Daniel Parera, Belajar Mengemukakan Pendapat, Erlangga, Bandung, 1988.
Joyce Wycoff, Menjadi Super Kreatif Melalui Metode Pemetaan Pemikiran, Kaifa, Bandung, 2002
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Rajawali, Jakarta, Cet. XI, 2003
Lies Lie, Mengukur Efektivias Pelatihan, PPM, Jakarta,TT.
L. Ribat, Modul Training for Trainer (TOT), Pesantren FZQ, Jatinangor, 2002
Malayu Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Gunung Agung, 1996
Marvele S. Colby dkk., Tes IQ Manajemen Anda, Pioner Jaya, Bandung, 1986
Marat, Pemimpin dan Kepemimpinan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984.
M.D. Dahlah, Model-model Mengajar, Diponegoro, Bandung, 1990
Moekijat, Dasar-dasar Motivasi, Sumur Bandung, Bandung, 1984
Moekijat, Latihan Sumber Daya Manausia, Mandar Maju, Bandung, 1991
Moekijat, Evaluasi Pelatihan, Mandar Maju, Bandung, 1993.
N. Atar Semi, Terampil Diskusi dan Berdebat, Titian Ilmu Bandung, 1993
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, Rosda, Bandung, Cet. III, 2000.
N. Sini Sutami K., Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan, LAN RI, Jakarta, 1998
Radno harsanto, Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis dan Kreatif, Grasindo, Jakarta, 2005.
Rhenald Kasali, Sukses Melakukan Presentasi, Gramedia, Jakarta, 2004.
Ship Khera, 8 Kiat Menjadi Pemenang: You Can Win, Prenhalindo, Jakarta, 2002
Rust Dilt, “Pelatihan: Menyekolahkan Kembali Masyarakat”, Makalah TT.
Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pelatihan, Ardadizya Jaya, 2002
Soetrisno, Administrasi Perkantoran, LAN RI, Jakarta, 1998
Sunarti Suprihatin, Bermain, Menghayati dan Belajar: Kumpulan Permainan Latihan, Yayasan Sejahtera Indonesia, Solo, 1981.
Sutopo, Administrasi, Manajemen dan Organisasi, LAN RI, Jakarta, 1998
Syahriman Syamsu, Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan: Seuah Pengantar, Univ. Atmajaya, Yogyakarta, 1990.
Syekh Faisal bin Ali Yahya Ahmad, Sistem Kaderisasi Rasulullah SAW, Pustaka Mantra, Jakarta, Cet. III, 1994


























[1] Baca, Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2001.
[2] Baca, Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2001.

[3] Baca, Abdul Talib Rachman, Pedoman Penerapan Manajemen Berdasarkan Sasaran,  Renjana Swadesi Utama,  Bandung, 1990.
[4] Gagasan serupa dengan KSP pernah penulis gagas pada bidang lain, dengan nama CWC (Creative Writing Club), dan pernah dipraktikan di berbagai kelompok mahasiswa, dan telah menghantarkan sejumlah alumni sukses dibidangnya. CWC itu pula pernah penulis gagas dan tulis pada buku, Komunikasi Penyiaran Islam, Benang Merah Press, Bandung, 2004.
[5] Baca, sebagai gambaran, Syekh Faisal bin Ali Yahya Ahmad, Sistem Kaderisasi Rasulullah SAW, Pustaka Mantra, Jakarta, Cet. III, 1994.

[6] Di BPI UIN Bandung ada sejumlah lembaga di bawah Jurusan BPI,  anatara lain Jurusan BPI sendiri yang berperan sebagai koordinator, regulator, motivator, evaluator  kegiatan ke-BPI-an; (1) HIMA-J BPI, sebagai penggali potensi internal mahasiswa BPI, memperkuat Kurikulum BPI; (2) LP2BPI (PIKMA-BKK dll) pengembang potensi 11 keprofesian BPI, Penghubung potensi Internal (BPI)-Eksternal (Mitra BPI); (3) IKA BPI (Bingkai dll): Pengggali potensi Alumni BPI, Penggali potensi eksternal BPI untuk memberi perhatian secara serius pada alumni ke aluni, alumni ke calon alumni, alumni ke almamater, alumni ke lembaga terkait, alumni kepada umat dan alumni pada Pencipta Alam.   Masing-masing lembaga di atas punya bidang-bidang, setiap bidang dianjurkan untuk memiliki lembaga yang merupakan anak dari bidang tersebut. Seperi bidang KSP Remaja, melahirkan PIKMA, Bidang KSP BK Karir akan melahirkan BKK atau Bursa Kerja Khusus), IKA melahirkan lembaga BINGKAI, dan sebagainya. Jika masing-masing lembaga melahirkan sejumlah kegiatan maka BPI ramai dengan kegiatan. Apalagi jika tiap bidang pada lembaga tersebut mengadakan kegiatan maka lebih ramai lagi, dan apalagi jika tiap bidang sudah melahirkan lembaga lagi dan mengadakan kegiatan maka BPI menjadi semarak dengan kegiata. Agar tidak terjadi gesekan dan bentrokan kegiatan, maka peran Jurusan BPI melakukan Rakorja dengan membuat kalender kegiatan bersama. Masing-masing saling mendukung dan saling membantu.
[7] Baca, Sutopo, Administrasi, Manajemen dan Organisasi, LAN RI, Jakarta, 1998
[8] Baca, Soetrisno, Administrasi Perkantoran, LAN RI, Jakarta, 1998

[9] Baca, David Cambel, Mengembangkan Kreativitas, Kanisius, Yogyakarta, 1996
[10] Baca, Syahriman Syamsu, Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan: Seuah Pengantar, Univ. Atmajaya, Yogyakarta, 1990.

[11] Baca, Ship Khera, 8 Kiat Menjadi Pemenang: You Can Win, Prenhalindo, Jakarta, 2002

Jumat, 03 Februari 2012

Pendidikan Jangan

                                                                                                   
Ketika protes atas penayangan sinetron-sinetron “masa kini” oleh sebagian kelompok masyarakat atas adegan sebut saja : kekerasan, hamil diluar nikah, ciuman “maut”, anak kecil memaki temannya bahkan orang yang lebih tua, anak kecil ngerjain pembantu atau orang lain, intrik-intrik politik kantor yang beringas, mau naik pangkat ke dukun, balas dendam lewat monster aneh, dan masih banyak lagi, seorang produser dan timnya dengan santai berkata : “Lho, kami ini juga mendidik masyarakat lho. Kami menayangkan adegan-adegan tadi supaya JANGAN ditiru. Supaya masyarakat kita JANGAN berperilaku seoerti itu.”
                Percayakah anda dengan sinetron “mendidik” ala produser tadi akan mebuat masyarakat kita jadi lebih baik? Saya tidak percaya. Alasannya? Pikiran-khususnya pikiran bawah sadar yang lebih sering dominan mengatur hidup kita-tidak mengenal kalimat negatif. Kalau saya bilang kepada anda : “Jangan bayangkan wajah Presiden SBY!” Eehh, justru wajah, Pak SBY yang muncul dipikiran anda duluan bukan? Padahal sudah saya minta JANGAN bayangkan wajah beliau. Makannya hati-hati kalau anda sering berteriak kepada anak anda : “Jangan nakal”, “Jangan ribut”, Jangan naik-naik”.... kira-kira apa yang muncul dalam pikirannya? Beberapa orang saya temui mengakui, kalau anaknya dilarang-larang, malah melakukan apa yang dilarang itu.
                Sugesti (ide, pemikiran, perintah) dapat diprogram kepikiran bawah sadar dengan beberapa cara: diulang-ulang; dengan muatan emosi yang besar; disampaikan oleh orang yang dipandang otoritas; melalui identitas kelompok; dan dengan hipnosis.
                Hipnosis (sudah terlanjur populer dengan istilah hipnotis) adalah kondisi seseorang yang sedang berfokus konsentrasi tunggal. Biasanya kondisi fisik rileks. Hipnosis kita alami setiap hari. Nonton film asyik, baca buku asyik, menulis, melukis, diskusi kelompok yang intens, pacaran (lha tidak terasa tau-tau sudah jam 11 malam), chatting, menyetir mobil di tol, bahkan ketika melihat poster “Sale 70 %”.
                Nah, kira-kira waktu menonton sinetron, metode pemrograman pikiran bawah sadar apa yang tidak ada? Diulang0ulang (tema cerita atau adegan serupa masih muncul untuk beberapa episode); mengandung muatan emosi (anda pasti geram melihat tokoh antagonis, dan kasihan melihat tokoh protagonis); disampaikan oleh figur yang memiliki otoritas (apalagi kalau itu artis idola-model bawah sadar anda); dan anda terhipnosis (kadang-kadang saking berfokus dan larutnya anda sampai-sampai digigit nyamuk pun tidak terasa-bahasa ilmiahnya sampai pada fase respons aenesthetic).
                Jadi, sekuat apa pun produser mengatakan JANGAN IKUTI CERITA ini, justru apa yang dibelakang yang dibelakang kata jangan, tidak, bukan, kita sudah bisa paham ‘kan kenapa hal-hal yang dikhawatirkan para masyarakat pemrotes di atas makin hari makin banyak beritanya di media massa?
­­­                Oh ya, saya usul kepada masyarakat pemrotes sinetron kontroversial, bagaimana kalau kita beralih dari unjuk rasa ANTI sinetron “sampah” menjadi unjuk rasa MENDUKUNG sinetron “bergizi”? Nanti beda deh hasilnya......n_n